19
Oktober

Senin, 27 September 2010

”Status Quo” Saintek dan Matematika

Oleh: Nasrullah Idris

SALAH satu sumber problem bangsa yang kurang disadari oleh para pakarnya ialah status quo sains, matematika, dan teknologi. Mereka bersikap statis terhadap ketiganya, tanpa keinginan mengubah paradigma ke arah yang memberikan nilai tambah bagi kehormatan bangsa.

Mental seperti ini pun muncul di kalangan akademisinya dan lulusan dari perguruan tinggi terkenal, baik domestik maupun mancanegara. Sungguh ironis.

Pembangunan sains-matematika-teknologi bukan seperti pacuan kuda yang hanya mengejar kecepatan persatuan waktu dan bila meningkat dikatakanlah sebagai prestasi. Untuk kecepatan apabila kandangnya dari waktu ke waktu tetap sama. Beberapa contoh sosok bisa dikategorikan bermental tersebut, sadar atau tidak, antara lain:

1. Menganggap Indonesia tidak akan mampu mengalahkan Barat di bidang sains matematika teknologi sampai kapan pun. Tanpa sadar, stigma "subordinat" sudah dikenakan pada negeri kita ini. Padahal tidak ada kajian genetika yang mengklasifikasikan kemampuan intelektual berdasarkan suku, agama, ras, maupun golongan.

2. Menyimpulkan pintu penemuan teori fundamental yang menyangkut kebutuhan manusia sudah tertutup. Sehingga siapa pun dari bangsa ini yang berusaha mencarinya akan sia-sia. Padahal apa yang kita kenal dalam pelajaran seperti fisika, matematika, dan teknik, belum seberapa banyak ketimbang yang belum ditemukan. Jadi siswa sekolah jangan bangga hanya karena mampu manghafal daftar penemu legendaris. Justru mereka harus bertanya, "Apa ada di antara mereka yang bangsa Indonesia?"

3. Merasa lebih modern karena di rumahnya mempunyai peralatan masakan modern, tetapi cara berpikir memasaknya justru lebih tradisional ketimbang nenek-moyang yang menemukan masakan hanya dengan peralatan masakan yang kita anggap tradisional. Tidak muncul kreativitas, improvisasi, maupun inovasi untuk meningkatkan perbedaharaannya pada diri mereka.

4. Berpandangan, sebuah tulisan seputar sains matematika teknologi bisa berkualitas serta sesuai dengan kaidah ilmiah bila mempunyai banyak referensi, terlebih yang berbahasa asing. Ini namanya pola berpikir modis. Mirip dengan anak ABG yang merasa percaya diri bila rambutnya mengikuti gaya penyanyi Shania Twain, umpamanya.

5. Menjauhkan sains matematika teknologi dengan kebangsaan. Padahal bahasa pada software yang sedang kita pakai pun tidak terlepas dari latar belakang kebangsaan pada diri si penciptanya. Kalau mereka bisa, mengapa kita tidak? Demikian pula dengan nama unsur atom pada susunan berkala.

Terlalu panjang untuk disebutkan satu per satu di sini. Yang jelas, semua itu sedikit-banyak telah membuat kita menjadi bangsa pencontek. Sehingga, akhirnya setiap saat kita dijadikan pangsa pasar oleh negara maju.

Ketika kita mabuk bergaya dengan ponsel, mobil, sampai busana buatan luar, misalnya, terang saja rezim inovator mencari kesempatan untuk membuat barang yang sama, tetapi mempunyai fasilitas yang lebih praktis dan status yang lebih bergengsi. Kemudian dikirim ke negeri ini, menggantikan produk lama.

Demikianlah seterusnya. Maka tidak heran, mental konsumtif yang melekat pada kita, membuat devisa negara harus terkuras keluar.

Sekali lagi, itulah salah satu dampak dari mental status quo sains matematika teknologi. Karena itu, jadikanlah ini sebagai masukan bagi penyelesaian persoalan bangsa. Sebab bagaimanapun, setiap negara akan banyak berurusan dengan masalah ketiganya.

sumber : http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20100927034315&idkolom=opinipendidikan

solusi :
Seyogianyalah pakar ketiga duduk bersama pakar ekonomi, sosial, dan politik membuat terobosan berbasis sains-matematika-teknologi yang akan meningkatkan kehormatan merah putih di tanah air ini.

Ciri sikap merdeka secara beradab adalah persamaan derajat antara kita dengan mereka. Bila masih ada perasaan di bawah, meskipun teriakan retorika "merdeka", itu namanya sedikit-banyak masih diselimuti mental terjajah.

agar kita sebagai bangsa tidak lagi membanggakan keahlian dan kepintaran dari orang-orang dari bangsa lain yang lebih maju. kita harus bisa menjadi masyarakat yang bangga terhadap kemampuan diri kita sendiri jangan sampai ada rasa minder dan tidak percaya diri yang akan menimbulkan perbedaan sosial yang sangat mencolok dalam masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

About me (nindy..^_^..)

life is full of puzzle that everyone does not know what will happen tomorrow ..
people can plan but God who determines ...
that can be done just to try and pray for a more beautiful life .....
anyway life is complicated,,,,

Pengikut