Pulau Rupat Bagian NKRI dengan Suasana Malaysia
Rabu, 27 Oktober 2010 , 10:21:00 WIB

Pulau Rupat merupakan pulau terluar yang merupakan bagian dari Provinsi Riau. Rupat terletak di Kabupaten Bengkalis, Riau. Pulau yang terdiri dari Rupat Utara dan Rupat Selatan hanya dibatasi Selat Malaka dengan negara Malaysia.Pulau berpenduduk sekitar 48 ribu jiwa tersebut kebanyakan nelayan sebagai mata pencaharian penduduknya.

Selain itu, jangan heran jika kita melihat banyak motor tanpa plat nomor. Untuk diketahui, motor-motor tersebut berasal dari Malaysia. Namun polisi setempat mengaku tidak bisa mengambil tindakan hukum karena hal tersebut telah berlangsung sejak lama. Menurut Bupati Bengkalis, Syamsu Rizal kehidupan penduduk pulau yang tiga kali lebih luas dari Singapura itu lebih banyak didominasi budaya Malaysia, disamping kultur yang sama, bahasa juga sama. Lagu melayu, baju melayu, tidak ada perbedaan antara melayu Malaysia dengan melayu Bengkalis. Untuk perniagaan dan alat tukar masyarakat Rupat selain menggunakan rupiah juga menggunakan ringgit Malaysia. Namun informasi dan hiburan yang didapat hanya dari Malaysia, hiburan Malaysia, TV Malaysia, radio Malaysia, berita Malaysia. Karena informasi yang didapat hanya seputar Malaysia maka penduduk tidak terlalu mengenal pejabat pemerintahan negeri ini.Bahkan ketika ada acara cerdas cermat anak SD, pesertanya ketika ditanya siapa Presiden RI? Langsung dijawab Achmad Badawi.

Mendengar kabar dan cerita di atas saya ikut prihatin, dengan kemajuan tehnologi informasi, ternyata kita belum mampu menyatukan nusantara, semua tentu berharap agar pemerintah pusat memperhatikan hal ini. Karena bila dibiarkan terus dapat menimbulkan kerawanan bagi kesatuan bangsa, bahkan bila rasa nasionalisme pudar, dapat menimbulkan kerawanan pertahanan.

Sumber : http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=7731

Solusi : alangkah baiknya bila pemerintah melakukan langkah preventif, paling tidak engan menempatkan juru penerang yang bertugas memberikan informasi tentang NKRI, atau dari personel TNI untuk memberikan wawasan kebangsaan dan bela Negara. Minimal masyarakat di pulau Rupat mengetahui dan menyadari bahwa mereka adalah Warga Negara Indonesia.



SENIN, 18 OKTOBER 2010 | 20:34 WITA | 13027 Hits

Kemiskinan dan Mitos Pembangunan
Oleh: Andi Haris (Dosen Sosiologi Fisip Unhas)

Ahad 17 Oktober kemarin diperingati sebagai Hari Anti Kemiskinan. Sebagai salah satu fenomena sosial yang dihadapi oleh semua negara, kemiskinan merupakan bagian dari agenda pembangunan yang tak henti-hentinya menjadi wacana dan diskursus yang ramai didiskusikan oleh berbagai kalangan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sampai Maret 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta jiwa atau sekitar 13,3 persen dari jumlah penduduk. Angka ini mengalami penurunan 1,51 juta jiwa dibanding tahun Maret 2009 yang mencapai 32,53 juta orang.

Selain itu,jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan 0,81 juta jiwa atau 11,10 juta orang sampai Maret (2010) dari 11,91 juta di Maret 2009. Demikian halnya di daerah perdesaan telah mengalami penurunan 0,69 juta jiwa, atau dari 20,62 juta (Maret 2009) menjadi hanya 19,93 juta jiwa tahun ini.

Kemiskinan memang merupakan salah satu masalah sosial yang selalu ramai dan menarik untuk dibicarakan. Terlebih lagi dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik yang terhitung mulai 1 Juli 2010 yang sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok.

Ironisnya, rakyat miskinpun harus menghadapi berbagai persoalan yang tidak hanya terbatas pada bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu melainkan juga pada masalah lain seperti kebutuhan akan pendidikan, perumahan dan pelayanan kesehatan yang layak.

Oleh karena itu, wajar apabila kerap kali mengemuka informasi tentang betapa banyaknya keluarga miskin yang ikut antre berdesak-desakan demi mendapatkan bantuan sembako maupun pelayanan kesehatan gratis.

Pertanyaannya, seperti apakah kemiskinan itu? Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kemiskininan dapat diartikan sebagai kelaparan, kekurangan gizi, pakaian dan perumahan yang tidak layak, tingkat pendidikan yang rendah, serta sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.

Adapun mengenai pembangunan dapat dilihat sebagai suatu perubahan yang semakin luas dari semua komponen yang ada dalam masyarakat. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pembangunan adalah persoalan transformasi eksternal masyarakat yang meliputi perubahan sosial,

ekonomi dan teknologi yang acapkali tidak menguntungkan masyarakat dan bahkan banyak menimbulkan kesenjangan dan goncangan dalam tatanan kehidupan sosial ekonomi.

Yang termasuk tantangan transformasi internal masyarakat mencakup tekanan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi yang memadai.

Memang benar kalau berbagai program pembangunan yang telah dilaksanakan lebih berorientasi pada pemenuhan target tertentu sehingga sering pula tidak memperhatikan kelanjutan program pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pelembagaan pembangunan.

Akibatnya, program pembangunan kurang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan pembangunan dan peningkatan kemampuan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemandirian dan malah sebaliknya akan memperkuat ketergantungan sehingga implikasinya pada masih menumpuknya rakyat miskin.

Konsekuensi logis dari semua ini adalah tujuan pembangunan untuk menciptakan kesejahteraan dalam semua aspek kehidupan masyarakat hanya akan menjadi mitos bagi keluarga miskin. Oleh sebab itu, ujung tombak hakikat pembangunan terletak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mandiri dan produktif didukung ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak utama pembangunan.
***

Tujuan pembangunan nasional adalah membangun suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Tujuan ini hanya bisa tercapai dengan cara memajukan perekonomian nasional yang diimbangi kualitas sumber daya manusia. Apalagi, kondisi kehidupan ekonomi dan sosial serta kemampuan kelembagaan sangat beragam tingkat kemajuan dan kemampuannya.

Di samping itu, masalah pembangunan di daerah pun bermunculan yang ditandai adanya kesenjangan antar-kawasan desa dan kota, timur dan barat, antar-kelompok, pendapatan, tingkat urbanisasi yang tinggi, jumlah penduduk yang hidup di dalam kantong kemiskinan masih relatif besar dan seterusnya.

Dalam konteks ini, peran dan fungsi pemerintah serta masyarakat dalam proses pembangunan guna meningkatkan daya saing, kreativitas, aktivitas, partisipasi masyarakat, kemitraan pemerintah dan dunia usaha adalah prinsip yang perlu terus dikembangkan melalui berbagai program pembangunan.

Itulah sebabnya, salah satu strategi pembangunan guna meningkatkan SDM dan pengentasan penduduk miskin yang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan dan kelembagaan pembangunan maka pemerintah mencanangkan program bantuan untuk keluarga miskin. Di samping itu, penguatan sosial ekonomi rakyat sebagai basis terbesar diharapkan dapat menghasilkan landasan yang kukuh bagi pembangunan nasional lewat peningkatan daya beli masyarakat secara menyeluruh.

Program bantuan untuk penduduk miskin merupakan program dan gerakan nasional yang berorientasi pada masyarakat miskin sehingga relevan dengan pembangunan sektoral, regional, daerah dan pembangunan masyarakat.

Dengan demikian, program ini dapat dinilai sebagai strategi pemerataan dan peningkatan SDM pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi penduduk miskin sebagai wadah saluran aspirasi dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha produktif yang berkelanjutan dan mempercepat pengurangan penduduk miskin.

Oleh karena kemiskinan sering kali berkaitan erat dengan masalah SDM, tingkat pendidikan dan strategi pembangunan menuju masyarakat yang sejahtera maka untuk mengatasi masalah kemiskinan kiranya perlu diadakan program pembangunan yang berorientasi pada masyarakat miskin melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia guna meningkatkan produktivitas mereka.

Sebetulnya, pendekatan ini juga pernah dikemukakan oleh salah seorang ekonom ternama seperti Gunnar Myrdall, misalnya lewat karyanya yang cemerlang meski tergolong klasik Asian Drama: An Inquiry Into The Poverty of Nations(1968) bahwa pembangunan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan yang sangat ditentukan oleh peningkatan kualitas sumber daya ekonomi dan faktor manusia.

Di samping itu, ada satu hal yang perlu disadari bahwa di negara yang tergolong berpendapatan rendah, persoalan kemiskinan bukanlah hal yang baru. Soalnya, di sanalah ada tempat di mana kemiskinan absolut muncul dari generasi ke generasi dan bahkan sudah sedemikian endemik di seluruh wilayah. Dan sudah barang tentu ini ikut mempengaruhi kemampuan mereka untuk bersikap tanggap dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. (**)

Sumber : http://metronews.fajar.co.id/read/107637/19/kemiskinan-dan-mitos-pembangunan

Solusi : Pemerintah harus membuat dan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat agar semua masyarakat dapat memperoleh penghasilan dan dapat hidup dengan layak. bila perlu kita sebagai masyarakat juga harus membuat usaha sendiri bila tidak mempunyai modal untuk membuka usaha mintalah bantuan pada badan usaha yang dapat memberikan kredit dengan bunga yang ringan.

1.041 Desa di Jawa Barat tidak Ada Bidan
Minggu, 24 Oktober 2010 15:24 WIB
Penulis : Priyasma Alexander

BANDUNG--MICOM: Sebanyak 1.041 desa dari total 5.848 desa di Jawa Barat belum memiliki bidan desa. Keenganan mahasiswa lulusan kebidanan bertugas di perdesaan ditengarai menjadi penyebabnya.

"Para bidan lebih banyak memilih buka praktik di perkotaan. Akibatnya, beberapa desa di Jabar belum memiliki bidan," ujar Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Bandung, Minggu (24/10).

Untuk mengisi kekosongan bidan di 1.041 desa, lanjut dia, mulai tahun ini hingga 2011, Pemprov Jabar membuat program beasiswa sekolah D3 kebidanan kepada 1.000 siswa lulusan SMA. Mereka studi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan lembaga pendidikan swasta di Bandung.

Pada calon penerima beasiswa merupakan putra dan putri daerah yang memperoleh rekomendasi pemerintah kabupaten dan kota kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Jabar dan diseleksi oleh FK Unpad sebelum resmi menjadi mahasiswa. Ketika lulus dari perguruan tinggi, mereka wajib menjalani ikatan dinas sebagai bidan desa di lokasi yang telah ditentukan pemprov.

Pemprov Jabar menjanjikan percepatan status PNS bagi peserta program beasiswa jalur itu.
"Mudah-mudahan tiga tahun ke depan, seluruh desa di Jabar memiliki minimal satu bidan. Ini penting guna menekan angka kematian ibu dan bayi saat proses persalinan," ungkap Heryawan. (OL-5)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/24/177325/123/101/1.041-Desa-di-Jawa-Barat-tidak-Ada-Bidan

Solusi : Dalam hal ini pemerintah harus ikut andil dalam masalah ini, para bidan yang telah lulus dan bekerja sebagai bidan harus diberi kesejahteraan ataupun gaji yang setimpal agar dapat mereka gunakan di tempat mereka menjalankan tugasnya sebagai bidan. karena kehidupan ekonomi di desa dan di kota jelas berbeda.

Diskriminasi dalam Pendidikan PDF Cetak Email
Oleh : Nasib Tua Lumban Gaol

Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang tidak dapat menikmati pendidikan. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional, jumlah siswa SMP sederajat terdapat sekitar 12 juta siswa yang tidak bersekolah (Kompas, 09/09/2010).

Jumlah tersebut masih jumlah siswa SMP, belum lagi terdata siswa SD, SMA dan Mahasiswa serta anak-anak yang tidak pernah mengenyam pendidikan samasekali. Tentunya jika kita melihat data jumlahnya maka akan sangat memilukan.

Masalah biaya pendidikan haruslah kita pandang dengan mata terbuka, tanpa menyembunyikan realitas yang terjadi. Masih segar dalam ingatan kita baru-baru ini, ada dua orang calon mahasiswa di negeri ini yang ingin melanjutkan pendidikannya di Universitas Jember, Jawa Timur. Namun karena tidak mampu membayar uang kuliah dan biaya uang pendaftaran kuliah mereka, maka sempat terkendala untuk melanjutkan pendidikannya, meskipun mereka diterima melalui jalur seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (Kompas, 4/08/2010).

Hermawan Bagus asal Jombang dan Ahmad Ainun Najib asal Banyuwangi adalah nama dari kedua mahasiswa tersebut. Walaupun mereka akhirnya terdaftar di universitas Jember setelah mendapat pinjaman dari Pembantu Rektor Universitas Jember tersebut, yaitu Agus Subekti yang bersimpati kepada keduanya. (Kompas, 05/08/2010) Namun mereka harus tetap berjuang untuk mengembalikan uang yang telah mereka gunakan untuk membayar uang kuliah dan biaya pendaftaran mereka tersebut.

Dengan tidak menutupi hati nurani dengan kondisi bangsa kita saat ini, pasti kita akan menemukan berbagai masalah tentang seputar pendidikan, seperti halnya yang dialami oleh kedua saudara kita di atas yang mana merupakan sebagian dari berjuta masalah pendidikan yang muncul di permukaan. Oleh Karena itu, berbicara tentang biaya pendidikan pastinya tidak akan habis-habisnya dan tidak akan terselesaikan dengan semudah membalikan telapak tangan. Hal tersebut dikarenakan mengingat masih banyaknya masyarakat miskin di Negeri tercinta ini yang belum dapat menikmati pendidikan. Meskipun biaya pendidikan dianggarkan sebesar 20 persen dari APBN dan ditambahkan lagi dari APBD, namun masyarakat masih harus berjuang dalam mengisi perut sejengkalnya dan untuk menikmati pendidikan tentunya masih hanya mimpi.

Oleh karena itu, ketika anak dari keluarga miskin hendak bersekolah maka tantangan terberatnya adalah biaya pendidikan. Akan tetapi lain halnya dengan orang kaya, dimana mereka tidak begitu menghiraukan besarnya biaya pendidikan tersebut. Kondisi diskriminasi ini semakin terasa bagi setiap jenjang pendidikan baik pada jenjang SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi.

Berdasarkan Data sensus penduduk nasional tahun 2003-2008, menunjukkan disparitas APK (Angka Partisipasi Kasar) perguruan tinggi antara siswa yang berasal dari keluarga kaya dan miskin sangat tinggi. Lebih lanjut dari data tersebut menguraikan bahwa akses orang termiskin yang duduk di jenjang perguruan tinggi pada tahun 2008 baru mencapai 4,19 persen, sedangkan akses orang terkaya sudah mencapai 32,4 persen. Melihat data tersebut, hak dari orang miskin untuk memperoleh pendidikan semakin terabaikan.

Menurut Darmaningtyas, akses masuk ke bangku kuliah di kalangan mahasiswa miskin menurun drastis memasuki tahun 2000-an. Pasalnya, pada masa itu perguruan tinggi negeri mulai membuka jalur-jalur masuk khusus yang pada kenyataannya lebih mudah diakses siswa kaya. (Kompas, 13/09/2010). Kondisi ini timbul karena perhatian dari pemerintah tidak serius dalam menangani masalah biaya dalam pendidikan ini. Sehingga masalah demi masalah dalam pendidikan semakin bertambah banyak.

Hal di atas diperparah lagi dengan kondisi bangsa ini, dimana berbagai krisis sedang terjadi baik moral maupun ekonomi. Dengan begitu banyaknya permasalahan di negara ini, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa mereka yang miskin tidak akan pernah menikmati pendidikan hingga tutup usia. Itulah gambaran Negara kita.

Egois Penyebab Diskriminasi

Tidak sedikit warga negara Indonesia tercinta ini menumpuk harta kekayaannya tanpa memperdulikan orang lain. Baik dengan cara yang benar maupun mengorbankan milik orang lain (rakyat), seperti tindakan korupsi yang bertumbuh subur akhir - akhir ini, tanpa memperdulikan orang lain. Sikap yang tidak mau memperdulikan orang lain ini, sepertinya semakin membudaya di tengah pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat. Dimana setiap orang sibuk dan dituntut untuk memenuhi kebutuhannya.

Timbulnya sikap yang egois ini mengakibatkan seorang yang kaya akan semakin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin bahkan melarat. Kondisi ini menjadikan adanya kesenjangan diantara sesama manusia.

Mengingat hakekat manusia sebagai makhluk sosial, maka seharusnya manusia memberikan rasa iba terhadap sesama. Namun realitas berbicara keegoisan manusia semakin memuncak. Adanya sifat keegoisan yang secara berlebihan adalah akibat dari pendominasian lebih dari esensi manusianya sebagai makhluk individual.

Demikian juga halnya dalam pendidikan, dimana orang yang mampu akan memperoleh pendidikan yang lebih baik dibandingkan orang yang hanya untuk memikirkan makan saja sudah sulit atau dengan kata lain orang yang miskin. Sehingga proses panjang dari hal ini akan menghasilkan suatu ungkapan yang tidak memiliki rasa kasihan lagi dari orang yang berpendidikan lebih baik sudah tepat, yaitu"orang bodoh adalah makanan orang pintar".

Ungkapan di atas adalah ungkapan yang penting untuk kita responi saat ini. Dimana dapat kita lihat begitu banyak orang yang pintar di negeri ini, tapi dengan enaknya menggerogoti uang rakyat. Sehingga rasa kepedulian untuk memikirkan rakyat kecilpun semakin menciut. Namun, jika ada perlunya kepada masyarakat maka kepeduliannya melebihi malaikat, misalnya dalam pemilihan dirinya.untuk menjadi calon rakyat.

Keseriusan Pemerintah

Menanggapi berbagai masalah diskriminasi dalam pendidikan yang terjadi di Masyarakat tentunya pemerintah harus lebih serius untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena masalah pendidikan jika tidak segera diselesaikan maka akan melahirkan jutaan penduduk Indonesia yang bodoh. Dan jika kita coba untuk memaknai lebih jauh lagi, maka ketika kita bodoh (Negeri Indonesia ini), kita akan dijajah oleh bangsa lain. Sebab kita sudah jauh tertinggal dengan Negara lain. Ibarat naik pesawat, negara maju sudah sampai ke bulan, tetapi kita masih ingin take off.

sumber : http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=72606:diskriminasi-dalam-pendidikan&catid=78:umum&Itemid=139

solusi :

Memberikan beasiswa kepada siswa atau mahasiswa yang tepat sasaran merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah diskriminasi dalam pendidikan yang lebih jauh lagi. Artinya pemerintah harus melakukan pengawasan dan pemantaun secara serius, mengingat perilaku korupsi di negara kita sudah menjadi budaya. Karena jika tidak dilakukan hal tersebut, maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadinya penyelewengan dana yang seharusnya kepada siswa atau mahasiswa malah sebaliknya kepada pihak tertentu yang ingin menyelewengkan dana tersebut.

Semoga diskriminasi dalam pendidikan ini dapat kita atasi secara bersama-sama, terkhusus pemerintah harus memberikan kebijakan yang bersifat pro rakyat dan bukan malah melakuakan pendiskriminasian. ***


Senin, 27 September 2010

”Status Quo” Saintek dan Matematika

Oleh: Nasrullah Idris

SALAH satu sumber problem bangsa yang kurang disadari oleh para pakarnya ialah status quo sains, matematika, dan teknologi. Mereka bersikap statis terhadap ketiganya, tanpa keinginan mengubah paradigma ke arah yang memberikan nilai tambah bagi kehormatan bangsa.

Mental seperti ini pun muncul di kalangan akademisinya dan lulusan dari perguruan tinggi terkenal, baik domestik maupun mancanegara. Sungguh ironis.

Pembangunan sains-matematika-teknologi bukan seperti pacuan kuda yang hanya mengejar kecepatan persatuan waktu dan bila meningkat dikatakanlah sebagai prestasi. Untuk kecepatan apabila kandangnya dari waktu ke waktu tetap sama. Beberapa contoh sosok bisa dikategorikan bermental tersebut, sadar atau tidak, antara lain:

1. Menganggap Indonesia tidak akan mampu mengalahkan Barat di bidang sains matematika teknologi sampai kapan pun. Tanpa sadar, stigma "subordinat" sudah dikenakan pada negeri kita ini. Padahal tidak ada kajian genetika yang mengklasifikasikan kemampuan intelektual berdasarkan suku, agama, ras, maupun golongan.

2. Menyimpulkan pintu penemuan teori fundamental yang menyangkut kebutuhan manusia sudah tertutup. Sehingga siapa pun dari bangsa ini yang berusaha mencarinya akan sia-sia. Padahal apa yang kita kenal dalam pelajaran seperti fisika, matematika, dan teknik, belum seberapa banyak ketimbang yang belum ditemukan. Jadi siswa sekolah jangan bangga hanya karena mampu manghafal daftar penemu legendaris. Justru mereka harus bertanya, "Apa ada di antara mereka yang bangsa Indonesia?"

3. Merasa lebih modern karena di rumahnya mempunyai peralatan masakan modern, tetapi cara berpikir memasaknya justru lebih tradisional ketimbang nenek-moyang yang menemukan masakan hanya dengan peralatan masakan yang kita anggap tradisional. Tidak muncul kreativitas, improvisasi, maupun inovasi untuk meningkatkan perbedaharaannya pada diri mereka.

4. Berpandangan, sebuah tulisan seputar sains matematika teknologi bisa berkualitas serta sesuai dengan kaidah ilmiah bila mempunyai banyak referensi, terlebih yang berbahasa asing. Ini namanya pola berpikir modis. Mirip dengan anak ABG yang merasa percaya diri bila rambutnya mengikuti gaya penyanyi Shania Twain, umpamanya.

5. Menjauhkan sains matematika teknologi dengan kebangsaan. Padahal bahasa pada software yang sedang kita pakai pun tidak terlepas dari latar belakang kebangsaan pada diri si penciptanya. Kalau mereka bisa, mengapa kita tidak? Demikian pula dengan nama unsur atom pada susunan berkala.

Terlalu panjang untuk disebutkan satu per satu di sini. Yang jelas, semua itu sedikit-banyak telah membuat kita menjadi bangsa pencontek. Sehingga, akhirnya setiap saat kita dijadikan pangsa pasar oleh negara maju.

Ketika kita mabuk bergaya dengan ponsel, mobil, sampai busana buatan luar, misalnya, terang saja rezim inovator mencari kesempatan untuk membuat barang yang sama, tetapi mempunyai fasilitas yang lebih praktis dan status yang lebih bergengsi. Kemudian dikirim ke negeri ini, menggantikan produk lama.

Demikianlah seterusnya. Maka tidak heran, mental konsumtif yang melekat pada kita, membuat devisa negara harus terkuras keluar.

Sekali lagi, itulah salah satu dampak dari mental status quo sains matematika teknologi. Karena itu, jadikanlah ini sebagai masukan bagi penyelesaian persoalan bangsa. Sebab bagaimanapun, setiap negara akan banyak berurusan dengan masalah ketiganya.

sumber : http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20100927034315&idkolom=opinipendidikan

solusi :
Seyogianyalah pakar ketiga duduk bersama pakar ekonomi, sosial, dan politik membuat terobosan berbasis sains-matematika-teknologi yang akan meningkatkan kehormatan merah putih di tanah air ini.

Ciri sikap merdeka secara beradab adalah persamaan derajat antara kita dengan mereka. Bila masih ada perasaan di bawah, meskipun teriakan retorika "merdeka", itu namanya sedikit-banyak masih diselimuti mental terjajah.

agar kita sebagai bangsa tidak lagi membanggakan keahlian dan kepintaran dari orang-orang dari bangsa lain yang lebih maju. kita harus bisa menjadi masyarakat yang bangga terhadap kemampuan diri kita sendiri jangan sampai ada rasa minder dan tidak percaya diri yang akan menimbulkan perbedaan sosial yang sangat mencolok dalam masyarakat.

Kasus :
Narkoba Harus Dimusuhi
Sriwijaya Post - Selasa, 28 September 2010 19:57 WIB

KAYUAGUNG - Upaya menekan peredaran narkoba di mendapat perhatian serius dari Pemkab OKI. Terbukti Selasa (28/9) kemarin, Badan Kesbang dan Linmas menggelar sosialisasi bahaya narkoba. Sosialisasi diikuti 100 peserta guru dan pelajar, petugas dinkes, kepolisian, pihak kecamatan,

pemuda, tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat. “Sejauh ini ada pandangan keliru bahwa kasus narkoba kerap dikesankan sebagai bagian aib keluarga, sehingga harus ditutupi. Padahal kasus narkoba adalah masalah sosial dan mental. Bisa juga akibat pergaulan dan lingkungan,” kata kata

Ketua Badan Narkotik Kabupaten (BNK) OKI, Sofian Ahmad, SSos yang juga Kepala Kantor Kesbang Linmas pada sosialisasi di Aula RSUD Kayuagung, Selasa (28/9). Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan OKI, dr H Mgs M Hakim MKes berpesan yang lebih penting upaya pencegahan dan pengenalan risiko serta bahaya akibat pengaruh narkoba. (std)

Sumber : http://www.sripoku.com/view/47642/narkoba_harus_dimusuhi

Solusi : untuk menekan jumlah pemakai dan peredaran narkoba seluruh lapisan masyarakat harus sama-sama menggelar sosialisasi bahaya narkoba dan menggamankan daerah lingkungan kita jangan sampai ada salah satu keluarga, keluarga atau teman kita menjadi korban dari kejahatan narkoba nasional dan internasional.

Kasus :

Senin, 27/9/2010 | 13:44 WIB

KOMPAS.com - Perempuan masih dihadapkan pada masalah bagi peran. Meski sulit memilih prioritas, pada akhirnya ibu bekerja tetap akan menomorsatukan perannya sebagai ibu dari balita yang masih membutuhkan perhatian. Ragam cara diupayakan agar perempuan mampu memenuhi kebutuhannya, sebagai ibu, individu, pekerja, dan mahluk sosial.

Angelina Sondakh, anggota DPR RI yang juga mantan Puteri Indonesia 2001, mengungkapkan bagaimanapun ibu bekerja memiliki naluri mengasuh yang tinggi saat bayi berusia 0-3 bulan. Perspektif ini dibuktikan dengan pengalaman Angelina sendiri saat mengasuh Keanu Jabaar Massaid.

"Saya membawa Keanu ke kantor setiap hari karena waktu itu saya belum mendapat cuti. Karena setiap 1,5 jam harus memberikan ASI, jadi lebih mudah jika membawa serta bayi saat bekerja. Saat makan siang, karena rumah dekat dengan kantor, saya juga sempatkan pulang," papar perempuan yang akrab disapa Angie ini, saat talkshow Daycare 2010 bertajuk "Multi Peran Ibu Bekerja untuk Kehidupan Profesional, Domestik, Sosial, dan Pribadi", yang diadakan Unilever Indonesia, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan pengalamannya, yang juga dilatari pemikirannya untuk menjawab problem ibu bekerja, Angie mengaku sudah "berteriak" di sidang paripurna DPR untuk mengajukan daycare atau tempat penitipan anak.

Manfaat daycare
"Daycare adalah hak anak untuk mendapatkan lingkungan yang tenang dan mendidik. Selain itu juga mendukung pemenuhan hak perempuan untuk berpartisipasi dalam publik dan politik," paparnya.

Menurut Angie, daycare bukan sekadar penitipan anak. Sebagai orangtua, Anda tentu tak ingin anak hanya unggul secara pikiran atau pintar saja. Anak juga perlu bergaul dalam lingkungan sosial. Hasil yang ingin dicapai adalah anak belajar dari lingkungan sosialnya untuk membentuk karakter dirinya.

"Daycare yang baik memberikan ilmu sosial dan juga pendidikan untuk menghasilkan anak yang tangguh, memiliki daya saing, daya banding, membangun empati, teamwork, semangat untuk membantu, dan tidak pencemburu," tambahnya.

Angie mengajukan fasilitas nursery room dan daycare di DPR sejak 2009 lalu. Harapannya, agar perempuan bekerja, dalam hal ini partisipasinya dalam politik, terfasilitasi kebutuhannya sebagai ibu. Jika saja parlemen memiliki fasilitas yang mendukung ibu bekerja, akan menjadi contoh baik bagi perusahaan lain, jelas istri Adjie Massaid ini.

"Di DPR tidak ada nursery room atau daycare meskipun proposal sudah diajukan. Padahal biayanya tidak terlalu besar untuk membuat fasilitas ini," paparnya.

Menurut Angie, DPR bisa memberikan contoh untuk memulai membangun kebijakan perusahaan atau institusi yang ramah perempuan. Selain juga mendorong pemerintah membuatkan peraturan pemerintah agar perusahaan bisa menjalankan kebijakan ramah perempuan dalam program corporate social responsibility (CSR).

"Perusahaan bisa membuatkan nursery room atau daycare sebagai program CSR," lanjutnya.

Isu ini bisa dibawa dalam rapat Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR, kata Angie. Meskipun Angie menyadari, sekaligus menyayangkan, anggaran untuk perempuan masih sedikit sekali.

Fasilitas daycare di perkantoran rasanya masih menjadi harapan para perempuan bekerja, agar anak tetap senang saat ditinggalkan bekerja, dan perusahaan pun mendapatkan keuntungan karena karyawan bisa meredakan kekhawatiran saat meninggalkan anaknya untuk bekerja. Dengan itu, karyawan lebih tenang dan produktif bekerja.

Tak adanya fasilitas ini tak lantas membuat perempuan bekerja patah arang. Banyak cara untuk menyiasatinya. Membangun kekompakan bersama suami untuk berbagai tugas, mencari pengasuh berkualitas dari yayasan profesional yang bisa menjaga sekaligus mendidik anak, menitipkan anak pada orangtua, atau cara lain yang memberikan rasa tenang, tutur Angie.

Sumber : http://female.kompas.com/read/xml/2010/09/27/13443315/Daycare..Solusi.Ibu.Bekerja-5

Solusi :

sebaiknya perempuan tidak dipaksa memilih antara pekerjaan dan rumah tangga, karena perempuan juga memiliki hak berkontribusi dalam ranah publik. Perempuan memang sudah kodratnya menjadi seorang ibu maka otomatis rasa kasih sayang dan cintanya terhadap anak dan keluarga akan membuat dia memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang disayang. sebagai perempuan yang bekerja dan sebagai orang tua harus memiliki jadwal untuk bekerja dan berkumpul bersama keluarga.


Kasus :

Jumat, 8 Oktober 2010 | 08:48 WIB

MANGGARAI Timur bergolak. Pertarungan merebut posisi tua teno (tua adat yang khusus mengurus pembagian tanah) di Kampung Lendo, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur menuai masalah.
Ada kelompok yang ingin merebut status tua teno. Yang lain tidak setuju karena status warisan itu telah diatur secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Akibatnya, warga yang tidak aman memilih mengungsi menyelamatkan diri ke Borong, Ibu kota Manggarai Timur.

Ada banyak pesan yang dapat kita petik dari kejadian ini banyak. Tetapi kali ini kita coba lihat satu hal saja, yakni status sosial seseorang dalam masyarakat. Status sosial adalah kedudukan sosial seseorang atau individu dalam kelompok masyarakat. Seseorang dapat memiliki beberapa status karena ikut serta dalam berbagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.

Status seseorang akan menentukan derajat, kewajiban, dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Ilmu sosiologi membedakan status sosial dalam masyarakat ke dalam beberapa jenis. Pertama, ascribed status. Ascribed status merupakan status yang diberikan atau diperoleh secara otomatis tanpa harus diperjuangkan terlebih dahulu. Ia bersifat tertutup dan given. Diperoleh dengan sendirinya. Contohnya status sebagai turunan bangsawan.

Kedua, achieved status atau status yang diperjuangkan. Status jenis ini merupakan status yang sengaja diusahakan oleh seseorang. Kedudukan ini bersifat terbuka dan tidak didasarkan atas dasar kelahiran, dan sangat tergantung dari kemampuan individu untuk meraih kedudukan tersebut. Karena mesti diperjuangkan, maka status ini lebih dekat kepada prestasi. Contohnya dokter, insinyur pertanian, hakim, kepala desa.

Meskipun sudah mulai berkurang maknanya, dalam masyarakat tertentu status sosial itu masih menjadi simbol eksistensi seseorang dalam masyarakat. Simbol status itu terekspresi dalam cara berpakaian, cara bergaul, ukuran dan model rumah beserta perabot di dalamnya. Makin besar, makin mewah dan makin banyak perabot rumah seseorang makin besar status sosialnya dalam masyarakat. Meskipun penghuninya cuma tiga orang.

Status sosial seseorang selanjutnya akan menentukan peran sosialnya dalam masyarakat. Jika status sosial seseorang tinggi, maka akan semakin tinggi pula peran sosialnya. Peran sosial dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Peran sosial dapat dibedakan atas peran bawaan dan peran pilihan. Peran bawaan adalah peran yang didapatkan secara otomatis, bukan karena usaha atau prestasi seseorang. Contohnya peran sebagai orangtua, peran sebagai bapak atau ibu, peran sebagai anak, dan sebagainya.

Sebaliknya peran pilihan adalah peran dari seseorang yang diperoleh melalui suatu usaha, sehingga setiap orang bebas menentukan perannya sendiri sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya peran sebagai dokter, guru, tentara, atau petani. Peran pilihan ini harus disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan keterampilan yang dimilikinya.

Dalam konteks seperti inilah kita bisa memahami apa yang sesungguhnya terjadi di Kampung Lendo, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur. Dari alur dan logika konfliknya, agaknya yang terjadi adalah perebutan status dan selanjutnya pertarungan peran di antara para pihak yang bertikai. Agustinus Adil dan kawan-kawan ingin merebut posisi tua teno. Padahal posisi tua teno telah diwariskan secara turun temurun oleh pihak lain.

Bagi masyarakat di daerah lain, tua teno barangkali tidak ada maknanya. Tetapi bagi masyarakat Manggarai umumnya, tua teno merupakan kebanggaan karena memberikan status sosial yang tinggi kepada seseorang. Status sosial itu merupakan simbol pengakuan dan penghargaan atas seseorang. Penghargaan terhadapnya sangat ditentukan oleh status sosialnya itu.


Sumber
: http://www.pos-kupang.com/read/artikel/53680/betapa-bermaknanya-status-sosial


Solusi :

Dalam masyarakat tradisional yang masih suka dengan penghormatan dan penghargaan status sosial menjadi begitu penting dan bermakna. Orang bisa saling membunuh karena perebutan status sosial dan selanjutnya peran sosial itu.
Kita mengharapkan konflik di Kampung Lendo ini bisa diselesaikan dengan baik oleh pemerintah. Tetapi satu pelajaran penting telah kita petik dari kasus ini, yakni betapa masih bermaknanya status dan peran sosial dalam masyarakat kita.


The Systems Development Life Cycle (SDLC) adalah model konseptual yang digunakan dalam manajemen proyek yang menggambarkan tahap-tahap yang terlibat dalam suatu proyek pengembangan sistem informasi dari studi kelayakan awal melalui pemeliharaan aplikasi selesai.

Tahap System Analysis
* mengumpulkan data dan menganalisa kebutuhan sistem informasi atas siklus pengeluaran.
Tahap Conseptual Design
* merancang dokumentasi sistem dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD) dan membuat pemodelan data dengan menggunakan Resources Event Agent (REA) Data Model.
Tahap Physical Design mendesain output, database, input dan control.
* Output yang terancang berupa 4 laporan yang ditampilkan dalam bentuk display pada komputer dan dicetak, antara lain adalah Laporan Pembelian dan Laporan Hutang. Input yang terancang berupa 7 format form, antara lain form bahan baku dan form supplier. Database yang terancang berupa 14 tabel metadata, antara lain adalah tabel bahan baku dan tabel supplier. Control yang diterapkan adalah General control yang menggunakan password, Access Control Matrix dan Appllication Control yang menggunakan Input Validation Control.

Dalam proses implementasi pada PT.ABC ini sistem informasi akuntansi yang digunakan memiliki berbagai kelemahan, antara lain lamanya proses pembuatan laporan yang mengakibatkan tertundanya pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, kesalahan staf dalam mengisi data pada dokumen, perangkapan nomor dokumen yang menyebabkan jejak audit menjadi kacau dan tidak memiliki budget pembelian. Cara untuk mengatasinya yaitu membuat system data agar dapat di update kapan pun dengan memperbaiki database yang digunakan, menempatkan para staf sesuai dengan bidangnya agar dapat bekerja secara optimal, memberikan kode yang berbeda pada setiap dokumen agar tidak terjadi kerangkapan dokumen.

Dalam proses implementasi pada PT.ABC ini sistem informasi akuntansi yang digunakan memiliki berbagai kelemahan, antara lain lamanya proses pembuatan laporan yang mengakibatkan tertundanya pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, kesalahan staf dalam mengisi data pada dokumen, perangkapan nomor dokumen yang menyebabkan jejak audit menjadi kacau dan tidak memiliki budget pembelian. Cara untuk mengatasinya yaitu membuat system data agar dapat di update kapan pun dengan memperbaiki database yang digunakan, menempatkan para staf sesuai dengan bidangnya agar dapat bekerja secara optimal, memberikan kode yang berbeda pada setiap dokumen agar tidak terjadi kerangkapan dokumen.

1. Evaluasi dan Implementasi Sistem Informasi ini meliputi hardware, software, dan netware

− Studi Evaluasi Implementasi Sistem Informasi

− Penyusunan Dokumen Hasil Studi Evaluasi Implementasi Sistem

Informasi tersebut

2. Pemeliharaan dan Optimasi Infrastruktur Perangkat Keras dan Jaringan Sistem Informasi akutansi

3. Pemeliharaan dan Optimasi Software Sistem Informasi akutansi .

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah terbangunnya sebuah sistem informasi akutansi yang terkomputerisasi. Sistem Informasi akutansi yang dibangun harus dapat berfungsi sebagai pengumpul, pengolah dan penyaji informasi mengenai kondisi tersebut, berkaitan dengan upaya peningkatan, pemeliharaan, pencegahan dan penanganan permasalahan yang berkaitan dengan kualitas layanan pembuatan laporan .

Implementasi sistem adalah suatu proses untuk menempatkan sistem informasi baru ke dalam operasi. Ada 4 tahap implementasi sistem yaitu membuat dan menguji basis data dan jaringan, membuat dan menguji program, memasang dan menguji sistem baru, serta mengirim sistem baru ke dalam operasi.

1. Membuat dan menguji basis data & jaringan.

Penerapan sistem yang baru atau perbaikan sistem dibuat pada basis data dan jaringan yang telah ada. Jika penerapan sistem yang baru memerlukan basis data dan jaringan yang baru atau dimodifikasi, maka sistem yang baru ini biasanya harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.

2. Membuat dan menguji program.

Merupakan tahap pertama untuk siklus pengembangan sistem yang spesifik bagi programer. Bertujuan untuk mengembangkan rencana yang lebih rinci dalam pengembangan dan pengujian program komputer yang baru.

3. Memasang dan menguji sistem baru.

Tahap ini dilakukan untuk menyakinkan bahwa kebutuhan integrasi sistem baru terpenuhi.

4. Mengirim sistem baru kedalam sistem operasi.

Tujuan tahap ini adalah untuk mengubah secara perlahan – lahan sistem lama menjadi sistem baru sehingga perlu dilakukan pemasangan basis data yang akan digunakan pada sistem baru.

SDLC didefnisikan oleh Departemen Kehakiman AS sebagai sebuah proses pengembangan software yang digunakan oleh systems analyst, untuk mengembangkan sebuah sistem informasi. SDLC mencakup kebutuhan (requirement), validasi, pelatihan, kepemilikan (user ownership) sebuah sistem informasi yang diperoleh melalui investigasi, analisis, desain, implementasi, dan perawatan software.Software yang dikembangkan berdasarkan SDLC akan meng hasilkan sistem dengan kualitas yang tinggi, memenuhi harapan penggunanya, tepat dalam waktu dan biaya, bekerja dengan efektif dan efsien dalam infrastruktur teknologi informasi yang ada atau yang direncanakan, serta murah dalam perawatan dan pengembangan lebih lanjut. SDLC merupakan pendekatan sistematis untuk memecah kan masalah yang terdiri dari beberapa tahapan.

Tiap-tiap tahapan dapat terdiri dari beberapa langkah berikut:

1. Konsep software dan mengidentifkasi dan mendefinisikan kebutuhan akan sebuah sistem baru.

2. Analisis kebutuhan dan menganalisis kebutuhan informasi dari pengguna .akhir sebuah system

3. Desain arsitektural dan membuat blueprint desain berdasarkan spesifikasi utama, seperti hardware, software, pengguna, dan sumber data.

4. Coding dan debugging dan membuat dan memprogram sistem.

5. Pengujian sistem dan mengevaluasi fungsionalitas sistem aktual, dalam hubungannya dengan fungsionalitas yang diharapkan.

Metode ini memiliki beberapa tahapan Tahapan pertama yaitu melakukan survey dengan mempelajari dan menganalisis sistem yang sedang berjalan, menentukan permintaan pemakai sistem informasi, dan memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik, menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, merancang dan membangun sistem informasi baru, kemudian melakukan pemeliharaan dan perbaikan untuk meningkatkan sistem informasi baru bila diperlukan. Sedangkan dalam perancangan sistem yang dilakukan terdiri dari perancangan proses dengan menggunakan Bagan alir Dokumen (Flowmap), Diagram Konteks, Data Flow Diagram (DFD) dan Kamus Data, perancangan basis data dengan menggunakan Entity Relational Diagram (ERD), Normalisasi, Tabel Relasi dan Struktur File, serta perancangan program yang meliputi Perancangan Input dan Output, Pengkodean, Struktur Program dan Kebutuhan Sistem.
Dengan diterapkannya aplikasi sistem informasi administrasi kemahasiswaan yang bersifat Client-Server, dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi dan database My-SQL ini, maka akan mempermudah dan mempercepat proses pengolahan data pendaftaran mahasiswa baru, pembayaran biaya kuliah per semester dan registrasi ulang mahasiswa. Serta penggunaan data secara bersama-sama (data share) dapat diimplementasikan.

System SDLC pada PT."ABC" yang masih menggunakan system informasi akuntansi manual atas siklus pengeluaran. sistem informasi akuntansi yang digunakan memiliki berbagai kelemahan, antara lain lamanya proses pembuatan laporan yang mengakibatkan tertundanya pengambilan keputusan oleh pihak manajemen, kesalahan staf dalam mengisi data pada dokumen, perangkapan nomor dokumen yang menyebabkan jejak audit menjadi kacau dan tidak memiliki budget pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi akuntansi terkomputerisasi atas siklus pengeluaran pada PT."ABC" guna meminimalisasi kelemahan yang ada pada sistem manual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian berupa studi kasus dengan menggunakan data kualitatif. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi manual atas siklus pengeluaran pada PT "ABC". Penelitian ini menghasilkan desain pada output, database dan input dengan mengikuti beberapa tahap dari System Development Life Cycle (SDLC).

  1. Tahap System Analysis, mengumpulkan data dan menganalisa kebutuhan sistem informasi atas siklus pengeluaran.
  2. Tahap Conseptual Design merancang dokumentasi sistem dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD) dan membuat pemodelan data dengan menggunakan Resources Event Agent (REA) Data Model.
  3. Tahap Physical Design mendesain output, database, input dan control. Output yang terancang berupa 4 laporan yang ditampilkan dalam bentuk display pada komputer dan dicetak, antara lain adalah Laporan Pembelian dan Laporan Hutang. Input yang terancang berupa 7 format form, antara lain form bahan baku dan form supplier. Database yang terancang berupa 14 tabel metadata, antara lain adalah tabel bahan baku dan tabel supplier. Control yang diterapkan adalah General control yang menggunakan password, Access Control Matrix dan Appllication Control yang menggunakan Input Validation Control.

About me (nindy..^_^..)

life is full of puzzle that everyone does not know what will happen tomorrow ..
people can plan but God who determines ...
that can be done just to try and pray for a more beautiful life .....
anyway life is complicated,,,,

Pengikut