Nilai-Nilai Budaya Dasar

Kamis, 7 April 2011 | 13:56 WIB
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq
Komunitas Parmalim menggelar ritual Mardebata sebagai bentuk syukur kepada Tuhan, di Porsea, Toba Samosir, Sumatera Utara, Kamis (21/10). Dalam ritual tersebut, gondang memegang peran penting sebagai sarana komunikasi Parmalim dengan Tuhannya

Oleh M Burhanudin dan M Hilmi Faiq
Malam kian larut. Ogung Ihutan, sang pemimpin ritual, berdiri dan menepukkan tangan memberikan aba-aba. Parmalim di Desa Samuaran, Toba Samosir, dimulai.Pertanda ritual suci komunitas
Alunan diatonis gondang, seni musik tradisional Batak pengiring ritual suci, pun membahana. Puluhan tamu yang ada di sebuah rumah panggung, tempat digelarnya ritual, terdiam takzim. Hanya suara ritmik tetabuhan gondang ditingkahi sayatan melodik sarune yang terdengar. Tujuh alat musik yang dimainkan tujuh pargonsi, pemain gondang, mengalun cepat membangkitkan semangat. Terkadang terdengar menukik pelan mengharukan.
Sekitar 12 anggota keluarga tuan rumah acara berbaris menari manortor (tortor) di hadapan pargonsi, mengikuti alunan gondang. Sejam berselang, tempo musik kian cepat.Seorang perempuan tua, satu dari 12 orang yang manortor, kesurupan, tiba-tiba keluar dari barisan. Ia bergerak memutar. Tak lagi jinjit, bahkan terkadang melompat kecil. Raut wajahnya memerah. Di tengah tarian, ia tampak menangis.
Tak beberapa lama, sejumlah anggota keluarga lainnya mendekatinya. Berpelukan. Menangis bersama. Alunan gondang berhenti sejenak. Sang perempuan tua yang sudah terasuki roh suci itu lalu berbicara dengan mata terpejam. Penari lain mendengarkan tuturan itu. Itulah pesan roh suci melalui perempuan tua itu kepada para anggota keluarga. Roh suci yang hadir oleh alunan gondang.
Itulah puncak ritual suci Mardebata (puji syukur) warga pemeluk Parmalim, 21 Oktober lalu. Penganut Parmalim, sebagaimana warga Batak tradisional, meyakini, roh suci berkuasa atas hidup mereka. Untuk berkomunikasi dengan roh suci, gondang pun dimainkan.
Raja Marnangkok Naipospos, pemimpin tertinggi Parmalim, menegaskan, gondang merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Doa dan pengharapan disampaikan manusia saat gondang dimainkan.
Ada berbagai jenis lagu yang dimainkan dalam gondang. Tiap lagu berbeda tujuannya. Tergantung dari niat dan tujuan sang tuan rumah atau pemimpin adat.
Anggapan sakral masyarakat tradisional Batak atas gondang membuat penghormatan mereka terhadap para pemusik gondang sangat tinggi, bahkan sejajar dengan dewa. Pemain taganing disebut Batara Guru Hundul, sedangkan pemain sarune disebut Batara Guru Manguntar.


Pengajar Etnomusikologi dari Universitas Sumatera Utara, Ben Pasaribu, menjelaskan, gondang awalnya berfungsi sebagai alat musik dalam ritual keagamaan, seperti yang sampai saat ini diterapkan oleh umat Parmalim.

Hampir dalam semua kegiatan tradisional Batak, seperti pesta kelahiran, kematian, pernikahan, hingga hari besar, gondang hadir. Selain sebagai hiburan, gondang bermakna religius magis bagi mereka. "Belakangan saya juga melihat perguruan tinggi mengajarkan gondang kepada mahasiswanya sebagai wawasan musik Nusantara," kata Ben.
Komposisi unik
Menurut tradisi Batak, gondang dapat diartikan sebagai seperangkat alat musik, ansambel musik, sekaligus komposisi lagu. Umumnya dimainkan untuk mengiringi tari manortor.
Ada dua jenis gondang, yang terbagi berdasarkan ansambelnya, yaitu gondang sabangunan, biasanya dimainkan di halaman rumah; dan gondang hasapi, biasanya dimainkan dalam rumah. Nada yang dipakai dalam dua musik gondang itu tak berbeda.
Gondang sabangunan terdiri dari sarune bolon (alat musik tiup), taganing (5 kendang yang punya peran melodis), gordang (kendang besar penentu ritme), 3-4 gong yang disebut ogung (pembentuk ritme konstan), dan hesek (perkusi, biasanya kayu atau botol yang dipukul). Gondang hasapi terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil 2 senar), garantung (gambang kayu), sulim (suling bambu berselaput kertas getar), sarune etek (sejenis klarinet), dan hesek.
Komposisi musik gondang tergolong unik. Meski sama-sama terbagi dalam tangga nada sebagaimana musik umumnya, tapi disusun tidak sama persis alurnya. Selain itu, berbeda dengan tangga nada musik Barat yang memiliki tujuh tingkat, gondang hanya memiliki lima tingkatan nada diatonis mayor, yaitu do, re, mi, fa, sol. Ini seperti terdengar dari alat musik taganing dan garantung.
Kompas/Mohammad Hilmi Faiq
Kelompok margondang Fransius Ringo Group Ajibata saat tampil dalam Pesta Danau Toba, Jumat (22/10)

Keunikan nada ini, menurut Mark Kenyton, kandidat doktor dari Universitas Washington, Amerika Serikat, yang baru-baru ini meneliti gondang, membuat gondang memiliki nada pentatonik unik. Nada yang sulit ditemukan di tempat lain di dunia.
Bahkan, dibandingkan dengan musik pentatonik yang hampir sejenis, seperti gamelan Jawa dan Bali, gondang tetap berbeda karena setiap ansambelnya tak sama. Ketukan melodi gamelan Jawa dan Bali cenderung pakem, sedangkan gondang bervariasi, tergantung dari improvisasi dan estetis pemain sarune dan taganing, yang kadang bermain seperti sedang trance.
Khusus untuk taganing-disebut juga tagading atau tataganing yang berarti lima-memiliki keunikan tersendiri. Taganing tidak hanya mampu mengatur ritme musik, tetapi juga melodi yang mendominasi lagu. "Itu mirip dengan hsaing waing di Burma dan entenga di Uganda," papar Ben.
Namun, pengaruh budaya baru telah mengubah banyak hal. Di sebagian besar pertunjukan gondang semata hanya menonjolkan aspek hiburan. Kesakralan gondang mulai luntur. Para pargonsi sendiri tak banyak yang memahami kedalaman maknanya.
Bahkan, di banyak momen perayaan tradisional, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian, sebagian masyarakat Batak tak lagi menggelar gondang. Mereka memilih seni hiburan modern, seperti organ tunggal dan musik Eropa.
Tonggo Raja Simangunsong, seniman gondang dari Porsea, Toba Samosir, mengungkapkan, kini sering terjadi sebulan tanpa undangan berpentas.
Kondisi ini semestinya menjadi perhatian semua pihak. Gondang dengan segala kesakralan dan keunikannya adalah kekayaan lokal bangsa....

Sumber :http://tanahair.kompas.com/read/2011/04/07/13562672/Gondang.Batak..Kegeniusan.Lokal.yang..Nyaris..Terlupakan

Wisatanesia.com-Gandrung Banyuwangi adalah salah satu jenis tarian yang berasal dari Banyuwangi Kata ""Gandrung"" diartikan sebagai terpesonanya masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri sebagai Dewi Padi yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).

Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.

Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan.

Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker. Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah.

Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya.

Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20..Wisata Indonesia Surga Dunia

Sumber : http://www.wisatanesia.com/2010/09/gandrung.html

Komentar dan Solusi : tari gandrung merupakan warisan budaya asli indonesia yang berasal dari banyuwangi, Tarian gandrung juga merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat pada setiap selesai musim panen. untuk mempertahankan kesenian ini kita sebagai warga negara indonesia wajib untuk menjaganya agar tidak tergeser oleh berbagai macam tarian modern pada saat ini karena warisan asli kebudayaan sangat tinggi arti dan nilai keindahannya...

Manusia dan Pandangan Hidup

Jalaluddin Rakhmat: Lebaran Bermakna Sangat Luas

25/10/2006 10:10
Liputan6.com, Jakarta: Lebaran, bagi umat Islam, dianggap sebagai momentum paling tepat untuk saling memaafkan. Setelah sebulan penuh beribadah selama Ramadan, umat muslim kerap mengartikan Idulfitri sebagai hari kemenangan. Ucapan minal aidin wal faizin pun diucapkan di mana-mana, saat sesama muslim saling bertemu.

Cendekiawan muslim Jalaluddin Rakhmat mengatakan, minal aidin wal faizin adalah potongan dari doa yang panjang: Jaalanallah Minal Aidin Wal Faizin (semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan yang memperoleh kebahagiaan). Sayang, di Indonesia kalimat aidin kadang diganti dengan aidzin.

Menurut Kang Jalal--Jalaluddin biasa disapa--pemakaian kata aidzin bisa merubah arti menjadi semoga Allah menjadi kita sebagai orang yang berlindung kepada Dia dan yang berbahagia. "Berkali-kali saya temukan kata itu. Itu salah," kata Kang Jalal dalam dialog Liputan 6 Pagi, Rabu (25/10).

Selain menjadi momen untuk saling memaafkan, tambah Kang Jalal, Lebaran juga memiliki makna ritual dan sosial. Lebaran dari segi ritual cukup sederhana, yaitu membaca takbir dan salat Idulftri. "Itupun hanya dua rakaat," kata penulis buku Islam dan Pluralisme itu.

Tapi Lebaran punya nilai penting dalam segi sosial. Mulai dari keharusan mengeluarkan zakat fitrah sampai menyambungkan tali silaturahim. Bahkan zakat harus sudah dikeluarkan sebelum umat Islam berangkat salat Id. "Ini berarti tanggung jawab sosial kita harus didahulukan sebelum kewajiban-kewajiban ritual kita," ungkap Kang Jalal.

Sementara Lebaran dalam konteks menyambung tali silaturahim memiliki makna yang lebih luas. Sebab menyambungkan tali silaturahim bukan saja terbatas kepada sesama manusia, tapi juga dengan mereka yang sudah meninggal. "Jadi seakan-akan Lebaran itu menyambungkan silaturahim lintas waktu dan tempat," jelas pengarang buku Dahulukan Akhlak di Atas Fikih ini.

Kang Jalal juga menyoroti tradisi halal bihalal yang kerap dilakukan umat muslim usai salat Id. Sebenarnya, kata dia, "Kata halal bihalal tak diketahui dari mana sumbernya". Yang ada, seperti tertera dalam kamus bahasa Arab karangan Abdullah bin Nuh, adalah hashlah ba`da yaumil id yang berarti pesta-pesta setelah hari raya.

Tapi, menurut pandangan Kang Jalal, halal bihalal bisa diartikan sebagai penyambung silaturahim. Ritual ini juga memiliki efek penyembuhan sangat bagus untuk masyarakat yang dilanda frustrasi yang berkepanjangan.

Sedangkan dalam Islam, silaturahim mengandung pengertian yang sangat luas. Tidak hanya dibatasi antara sesama manusia, tapi juga kepada seluruh mahluk hidup di alam semesta ini. Mengutip hadis qudsi, Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan: Yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling sayang, di seluruh alam ini adalah keluarga besar Tuhan. Dan yang paling dicintai Tuhan adalah orang yang paling sayang kepada seluruh anggota keluarga besar Tuhan.

Menurut Kang Jalal, jadi pluralisme antara agama itu cuma bagian kecil dari silaturahim yang meliputi seluruh mahluk. Sangat mengherankan kalau silaturahim yang sebenarnya sangat luas kemudian hanya dibatasi pada satu mahzab. Kepada satu agama saja. "Itu berarti sama saja dengan membatasi rahmat Allah yang meliputi langit dan bumi dan memojokkannya di sebuah sudut surau sempit," tegas Kang Djalal.


Sumber : http://berita.liputan6.com/sosbud/200610/131381/jalaluddin_rakhmat_lebaran_bermakna_sangat_luas


Komentar dan Solusi : Lebaran merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat islam setelah 1 bulan menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan yang merupakan kewajiban bagi seorang muslim. makna yang terkandung jelas sangat luas dan dalam, karena dalam hari lebaran merupakan waktu yang tepat untuk saling memaafkan. pada saat idulfitri pula kita dapat menyambung tali silahturahim kepada siapa saja, bukan hanya kepada sesama umat islam tetapi kepada semua orang yang kita kenal. oleh karena itu sebagai umat beragama kita harus saling menjaga dan menyambung silahturahim kepada siapa pun agar terjalin rasa kasih sayang antar umat manusia.

Manusia dan Harapan

Edy Junaedi
Kadaria Kalo Tidak Malu Menjadi Tukang Becak

27/03/2011 07:54
Liputan6.com, Polewali Mandar: Kadaria Kalo terbiasa meninggalkan rumahnya sekitar pukul 06.00 WIB sebelum para pegawai tiba di kantor. Harapan warga Kampung Baru, Lantora, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini di pagi hari bisa mendapatkan penumpang lebih banyak.

Kesederhanaan dan kerja keras Kadaria mengundang simpati. Wanita 50 tahun ini sudah punya pelanggan. Hajah Ammas, misalnya, yang senang diantara Kadaria ke pasar. Di mata Hajah Ammas, Kadaria tidak ugal-ugalan di jalan.

Penghasilan Kadaria sebagai tukang becak jauh dari memadai. Sehari, paling banyak dia mengumpulkan Rp 15 ribu. Tidak jarang Kadaria pulang dengan tangan hampa. Namun, baginya bisa menjadi tukang becak harus disyukuri. Ia tidak pernah malu mengayuh pedal becaknya. "Kalau mencuri malu, kalau bawa becak tidak," kata Kadaria kepada SCTV, Sabtu (26/3).

Tiba di rumah, Kadaria tidak bisa langsung beristirahat. Ibu sembilan anak ini harus menyiapkan makan untuk anak-anak serta suami yang juga berprofesi sebagai tukang becak.

Seperti banyak warga sederhana lain, harapan Kadaria tidak muluk-muluk, yaitu harga berbagai kebutuhan pokok tidak bergerak naik.(BOG)

Sumber : http://berita.liputan6.com/daerah/201103/326403/Kadaria_Kalo_Tidak_Malu_Menjadi_Tukang_Becak

Solusi : Harapan dari seorang ibu yang berprofesi menjadi tukang becak hanyalah menginginkan harga kebutuhan pokok tidak naik, karena penghasilan yang dia dapat hanya cukup untuk membeli kebutuhan pokok untuk sehari-hari. Kita berharap pemerintah bisa mengatasi dan membantu meningkatkan perekonomian rakyat.

Manusia dan Kegelisahan

Keluarga Korban Pesawat Adam Air Gelisah
Keluarga korban saat bertemu manajemen Adam Air.


18/01/2007 07:35
Liputan6.com, Manado: Pesawat Adam Air yang belum juga ditemukan membuat keluarga para korban gelisah. Sejumlah keluarga korban yang berada di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (17/1), menemui manajemen Adam Air untuk bertukar informasi dan berdoa agar pencarian pesawat yang hilang sejak 1 Januari lalu itu segera membuahkan hasil.

Isak tangis dan kesedihan yang tertumpah memang beralasan karena sejak dinyatakan hilang, pencarian bangkai pesawat dan penumpangnya belum membuahkan hasil. Pencarian sejauh ini baru menemukan serpihan-serpihan pesawat [baca: Potongan Tubuh Manusia Ditemukan di Perairan Pangkep].

Dalam pertemuan ini pihak keluarga korban tidak mengajukan tuntutan kepada pihak manajemen. Mereka hanya bertukar informasi tentang pengalaman yang dialami sejak peristiwa nahas itu terjadi. Pihak Adam Air sebelumnya pernah menjanjikan akan memberangkatkan keluarga korban ke Makassar apabila sudah ada kepastian dan ditemukannya bangkai pesawat.

Dari Kabupaten Barru, Sulsel, dilaporkan puluhan pemeluk agama Buddha kemarin berdoa bersama di Pelabuhan Garonggong. Acara ini diadakan oleh umat Buddha dari Sangga Terawada Vera, Parepare, Sulsel. Mereka mendoakan ketabahan para penumpang dan awak pesawat Adam Air yang hilang sejak awal Januari lalu.

Dalam upacara ini, ratusan burung pipit dilepas. Menurut Wakil Ketua Umat Buddha se-Indonesia Biksu Sadha Virotera, pelepasan ratusan ekor burung itu adalah lambang pencerahan hidup bagi keluarga penumpang dan awak pesawat Adam Air yang hilang agar mereka tabah. Ritual ini dilanjutkan dengan tabur bunga di perairan.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)

Sumber : http://berita.liputan6.com/sosbud/200701/136000/Keluarga_Korban_Pesawat_Adam_Air_Gelisah

Solusi : Pihak dari adam air harus memberikan kepastian terhadap para keluarga korban, dan harus ada komunikasi yang baik di antara kedua belah pihak agar tidak terjadi ke simpangsiuran terhadap kecelakaan tersebut.

Manusia dan Tanggung Jawab

Gaji Guru Kontrak di Mamuju Belum Dibayar

16/02/2011 00:46
Liputan6.com, Mamuju: Para guru kontrak yang mengabdi pada sejumlah sekolah di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, belum dibayarkan gajinya selama sembilan bulan karena pemerintah setempat mengalami krisis keuangan. Salah seorang guru kontrak, Sum menuturkan, para guru belum mendapatkan gaji selama sembilan bulan sejak tahun anggaran 2010 lalu.

"Kami khawatir, pemerintah Kabupaten Mamuju akan memutihkan gaji para guru kontrak, sebab hingga kini proses tahap pembahasan APBD 2011 oleh DPRD belum pernah menyinggung tentang pembayaran gaji kami," kata Sum. Menurutnya, dari 1.400 guru kontrak di lingkup Pemkab Mamuju, tidak akan menuntut bupati atas tunggakan gaji selama sembilan bulan sepanjang pemerintah berkeinginan mengganti dengan Surat Keputusan (SK) untuk diangkat menjadi CPNS tahun ini.

Namun, dia mengharap gaji guru kontrak selama sembilan bulan yang tertunggak di tahun anggaran 2010 tetap akan dibayarkan dalam APBD tahun anggaran 2011 yang masih dalam proses pembahasan di dewan. "Kami sudah teraniaya selama sembilan bulan tidak dibayarkan gaji oleh pemerintah kabupaten Mamuju. Ini sangat mengecewakan, karena pemerintah sama sekali tidak memikirkan nasib para guru yang juga memiliki beban tanggung jawab untuk keluarganya," tutur dia.

Dia mengatakan, gaji guru kontrak sebesar Rp 500 ribu per bulan, sehingga total gaji yang belum dibayarkan selama sembilan bulan mencapai Rp 4,5 juta per orang. Ia juga menambahkan, para guru kontrak menyesalkan karena Pemkab Mamuju pilih kasih untuk membayarkan gaji para tenaga kontrak lain seperti pegawai kontrak yang bekerja di RSUD Mamuju yang telah dibayarakan gajinya.

Sumber : http://berita.liputan6.com/daerah/201102/320508/Gaji_Guru_Kontrak_di_Mamuju_Belum_Dibayar

Solusi : Pemkab harus memerhatikan hasil kerja keras para guru dengan membayarkan gaji tepat pada waktunya, bila memang sedang mengalami krisis cobalah memberi tahu pemerintah pusat. karena para guru tersebut juga memiliki tanggung jawab kepada keluarganya, jika kewajiban mereka tidak di bayar dari mana lagi para guru tersebut mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.

Manusia dan Keadilan

Didimus Payong Dore

Tuntut Keadilan, Warga Sumpah Adat

11/12/2010 21:32
Liputan6.com, NTT: Para pendemo yang umumnya para petani dari Kabupaten Timor Tengah Utara mendatangi Markas Polres Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (11/12). Mereka memprotes lambannya penyelesaian kasus pembunuhan Paulus Usnat yang diduga didalangi empat polisi setempat.

Dengan disaksikan Kapolres Timor Tengah Utara, mereka menggelar sumpah adat. Seekor ayam hitam disembelih oleh seorang tokoh adat sebagai kutukan bagi siapa pun yang menghalangi upaya penuntasan kasus pembunuhan Paulus Usnat.

Usnat tewas di sel tahanan Polsek Numpene pada Juni 2008 silam. Empat polisi penjaganya diduga menjadi dalang kematian korban, namun hingga kini tak ada juga penyelesaian. Kejaksaan sudah 10 kali mengembalikan laporan polisi dengan alasan tidak ada saksi saat korban dibunuh.

Sumber : http://berita.liputan6.com/hukrim/201012/310937/Tuntut_Keadilan_Warga_Sumpah_Adat

Solusi : Keadilan pada saat ini sulit sekali di temui, bayak orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. seperti kasus yang di atas seharusnya aparat penegak hukum seperti polisi harus bekerja untuk rakyatnya yang perlu keadilan tetapi buktinya rakyat perlu turun ke jalan untuk memprotes dan menuntut keadilan. rasa untuk membela rakyat nya perlu benar-benar datang dari hati nurani bukan dari sebuah jabatan dan pamor. bila ingin dipercaya rakyat belajarlah untuk memberi keadilan yang sebenar-benarnya.

About me (nindy..^_^..)

life is full of puzzle that everyone does not know what will happen tomorrow ..
people can plan but God who determines ...
that can be done just to try and pray for a more beautiful life .....
anyway life is complicated,,,,

Pengikut